Thursday, July 26, 2007

Pembukaan - UMY ku

Ok! Sebagai pembukaan untuk blog yang pertama ini, sudah saatnya untuk ,mengeluarkan unek2 saya tentang univ.ku UMY yang penuh dengan air mata dan darah. (ibarate lautan getih lan dhuwit). Umy memang rawan dengan ranjau2 keuangan dan administrasi lainnya yang sering bikin orang tua dan mahasiswa geleng2 kepala alias ajeb2 pasrah, apalagi klo sampeyan masuk ke KU seperti saya ini T T.

PBL – administrasi apa imunisasi nih?

Salah satu akar permasalahan dari umy adalah kurikulum baru mereka (dan parahnya lagi angkatan saya adalah angkatan perdana PBL) yang sebenarnya lumayan hanya saja kurang SDM dalam administrasinya, sehingga mahasiswa sering pontang-panting. Sebagai contohnya nilai IP semester pertama baru keluar pada akhir tahun pertama, padahal wong tuwo-saya ud nagih2 dan curiga rapor kebakaran (gk sepenuhnya salah sih T T), yang lebih parah lagi nilai yang keluar itu katanya masih lom fix, sewaktu2 bisa ada perubahan (busyet!!)

Yang kedua yaitu Jadwalnya bener2 ancur dan berantakan. Jadwal kuliah hanya terlaksana pas minggu2 awal(mana pas itu dosennya lagi sering bolos lagi), sedang pada minggu2 berikutnya jadwal ud bertabrakan dan tidak pas lagi dengan yang tertulis, shg kita harus ngliat sendiri jadwal besok didepan TU.

Untungnya jadwal praktikum ma skilab ud fix, klo sampe nggak tiap mau praktikum kita harus nanya e labnya dulu bener nggak besok ada praktikum. Walopun pernah kita ud lama2 nungguin setengah jam di luar pas asistennya dateng mereka malah bilang ”walah, kita malah nggak tau klo jam 7 tadi mau ada praktikum, lom dikasih tahu tuh” *GUBRAK!*

Pernah juga pas ud selesai blok ujian blok, mau ambil jadwal + buku panduan yang ternyata belum bisa diambil karena PD dan dekan lagi rapat soal blok itu (wala kepradah!!!), padahal 2 hari lagi ud mule tu blok. Dan ketika saya tanya ke petugas TU-nya dia pun juga ajeb2 pasrah.

Cerita lucu juga saya dapatkan dari teman saya yg bapaknya ngajar di umy ( Halo dr. E!!!Salam ya buat si B, he he he), dimana dia mendapat kiriman surat mengajar yang dimulai 2 hari lagi padahal ud sejak seminggu lalu dia keluar negeri wat study di swiss dan baru balik 1 bln lagi. Si anak pun hanya bisa ajeb2 pasrah, dan akhirnya kuliahnya yg terlambat itu ditumpuk full 1 minggu trakhir sebelum ujian blok (Amien . . )

Kakak angkatan ke-2 yang sudah luluspun juga mengiyakan semua itu.

”Ud dari lama, kita itu demo sama ngasih usul ke PD, tapi mereka Cuma bilang usul kami tampung! (tempat penampungan sampah kaleeeeee) ” Ujarnya dengan semangat 45, mengingat masa lalunya yang pedih. Mr. R sang ketua angkatan saya juga ud pasrah, katanya ”Ud-lah sekarang ini kita cepet2 lulus aja dan hengkang segera dari tmpt ini”

M: Wah. Kok lucu yo sekolahmu iku le?

A: Lucu bgt mbah. Lha wong slogane ”Kampus bebas rokok”, tur tempat fotokopine malah ngedol Udut. Jelas nyepur lah.

M: Bruakakakakakakkakak!

Biaya – org miskin dilarang sekolah!

He he he, diambil dari judul buku eko priyatno ( apa priyanto ya?). Kuliah di UMY memang mahal bgt. Utk angkatan 2004 KU gel I saja kita ditarik 30 jeti, 50 jeti wat Gel II dan Unlimited wat Gel III. Pada angkatan 2005 Gel I sekitar 50jeti dan angkatan 2006 Gel I sekitar 70 jeti. Untungnya saja uang tsb bisa dicicil selama 1 tahun, dan bila ditanya apakah 30 jt itu mahal, sebg-an besar teman angkatan bilang itu mahal walau wajar utk univ swasta apalagi KU, tapi untuk orang yang pas2an seperti saya itu termasuk mahal (lom SPP-nya hikzzz), rata2 bapak2 teman jaga ronda di perumahan saya pun juga berpendapat demikian).

O iya hampir lupa juga, seperti halnya uang sumbangan, spp-nya pun bertingkat. Utk kami angkatan 2004 spp berkisar antara 3,5 jt, sedang untuk 2005 sekitar 4,5 jt dan 2006 5 jt (*ngebas* walah2, bejo tenan mlebune pas awal2).

Yang sering jadi pikiran mahasiswa adalah remediasi ujian blok bagi yang nilainya >60. Rata2 tiap bloknya ada 80-90% yang tidak lulus padahal tiap2 remedi kita diharuskan membayar 150 sampai 200 ribu perbloknya dan bila ada 3 blok maka biayanya dikalikan 3. Pada awalnya remediasi tidak terlalu bermasalah bagi para mahasiswa karena soal yang diujikan sama dengan soal ujian sebelumnya, walau nilai maksimal yang bisa didapat adalah 65. Namun suatu ketika ada perubahan kebijakan dari dekan sehingga soal dibuat berbeda namun tetap dengan nilai maks 65. Banyak yang kebakaran jenggot dan ternyata setelah ditelusuri ada mahasiswa (angkatan 2004 juga) yang mengajukan protes tentang soal ujian remedi dan minta soal dibuat berbeda (Mr. Wiseman ). Banyak teman2 yang tahu pelakunya tapi karena tidak ada bukti ya tetap diam aja.

Tutorial – Jantungnya PBL

”Tutorial itu jantungnya dari PBL”

Salah satu dosen kami dr.W berulang kali mengulang2 perkataan tsb baik ketika kuliah blok 1 (panduan belajar), saat tutorial itu sendiri ataupun saat ceramah di kesempatan lainnya.

Memang benar bahwa tutorial adalah jantung dari PBL sebab diskusi akan melatih mahasiswa untuk berpikir kritis terhadap suatu masalah. Sayangnya dalam prakteknya pendidikan kita ini masih saja terpengaruh sistem pendidikan belanda dimana nilai memegang peran yang penting, sehingga saat tutorial awal banyak mahasiswa yang banyak bicara tetapi begitu ditanya, sama sekali nol tentang yg dibicarakan. Hal ini karena mereka mengejar supaya terlihat aktif sehingga mendapat nilai bagus dalam penilaian tutorial. (Mengejar nilai?Bukannya itu normal?). Sehingga terlihat jurang antara yang aktif dan tidak aktif, dan berkurangnya kesempatan bagi para pendiam lainnya(sabar yo nduk T T). Untung saja seiring berjalannya waktu anak2 mulai sadar dan penyakit inipun mulai berkurang, walau belum sembuh total.

Saya jadi ingat salah satu keluhan teman saya, yg orangnya termasuk jajaran anak2 pintar, tentang kenapa materi dalam tutorial tidak pernah dikeluarkan dalam ujian yang padahal jelas2 dikatakan bahwa itu jantungnya PBL, saat itu kami sedang diminta menulis keluhan kami ke dekan. Dan sayangnya memang aspirasi-nya ikut tertahan bersama pikiran rekan2 lain di tempat sampah dekan sehingga jawabannya tidak pernah tiba.

PBL – menurut saya . . .

Berdasarkan literature yang saya baca (yang lebih parahnya lagi, itu merupakan tulisan PD saya sendiri) dari majalah kedokteran mutiara terbitan UMY, bahwa PBL adalah student centered. Hal tsb berarti bahwa dalam PBL siswa dituntut aktif mencari materi belajar berdasarkan pengarahan yang diberikan oleh dosen. Ini terlihat pada univ lain2nya yang mengurangi jumlah kuliah mereka dan mengubah pemberian materi pada kuliah, dimana kuliah tersebut bertujuan merangsang siswa untuk belajar dan menerangkan dasar2 teori bagi mahasiswa sehingga mereka punya gambaran apa yang harus dipelajari. Tapi di UMY sendiri jadwal kuliah begitu padatnya berlangsung (dari jam 7 pagi hingga 5 sore). Dan untuk ujiannya sendiri (sekitar 200 -250 soal pilihan abcde) materinya berpusat dari bahan kuliah dimana tulisan pada soal dan jawaban sama persis dengan bahan kuliah. Sehingga jarang sekali ada yang belajar dari bahan hasil carian mereka tapi lebih berpusat pada bahan kuliah (wajar sekali, mengingat selama 12 tahun kita didikte dengan cara lama, tapi tiba2 harus berubah).

M: Walah! Nek ngono ngopo kowe ra metu wae ket mbiyen2 nduk?

A: Lha priye maneh mbah. Wong wes mbayar mahal, abot rasane duite nek aq metu.

M: Weeeeee lhadalah! Ngono tho gunane mbayar mahal2?

A: Lha iyo mbah.

UMY – yang positif

He he he , tidak baik rasanya kalau hanya membicarakan sisi jeleknya tanpa mengupas yang positif sedikit saja. Beberapa hal yang dirasa bagus dari UMY adalah adanya koneksi internet baik hot-spot maupun warnet gratis bagi mahasiswa fakultas kedokteran. Dan juga diresmikannnya perpus fakultas kedokteran yang menyediakan buku2 keluaran terbaru terutama yang berbahasa inggris juga akses ke jurnal2 online yang mbayar.

Rasanya lega juga setelah ngeluarin unek2 yang tak tersampaikan ke om dekan.

2 comments:

Anonymous said...

Nikmati aja kuliahnya mas. nanti kalau sudah lulus malah kangen mau kuliah lagi he he he

Anonymous said...

Heeem..aq jg mahasiswi KU UMY lho…
Kurang stuju aj sm yg ditulis dblok ini…stauq biaya pembangunan (d UMY namax Shodaqoh Jariyah) KU 05 gel. 1 35jt (cz ada mb yg kul d KU’05), KU 06 gel.1 50jt (cz aq sndiri KU’06).
Mahal????mahal yaa mmg mahal…aq sndiri dr kalangan yg ekonomix biasa2 aj, tp klo dbanding ma FK swasta lainnya UMY tu dah plg murah lho…tmnq aja yg d FK UII yg mskx 2006 byrx 90jt…UMY 50 jt..cb lg dbandingin ma UNISUla misalx….
Untuk mslh jdwal…ya hrs dimaklumi cz dosen2x jg jdwalx super padat,,,ngajarx bkn cm di UMY doank kan…jd g sepuhnya ksalahan Fakultas…mgkn yg ngalamin ky gini bkn cm FK UMY aj, cb tnya dech ma ank2 dr FK lain ttg jdwl kul mrk…
Emg udh gt resikox kul d FK…bnyak tantangannya…so NIKMATI aja…klo dinikmati insyaAllah akn trasa ringan mnjalanix,jdx g brt..